Chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) generatif seperti ChatGPT, kini digunakan oleh berbagai kalangan pengguna. Bahkan para pelajar pun tak ketinggalan, mereka sering menggunakan ChatGPT untuk membantu mereka memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas sekolah. Penggunaan ChatGPT di kalangan pelajar ini ternyata berdampak besar pada bisnis pendidikan, terutama bimbingan belajar (bimbel). Salah satu bimbel online terkenal di Amerika Serikat, Chegg, bahkan harus menutup usahanya karena kalah bersaing dengan ChatGPT.
Chegg telah berdiri sejak tahun 2006 dan menjadi tempat belajar yang sangat populer bagi pelajar di AS selama bertahun-tahun. Namun, sejak kehadiran ChatGPT, Chegg kehilangan banyak pelanggan yang membatalkan langganan mereka. Sekitar setengah juta pelanggan meninggalkan Chegg, padahal sebelumnya mereka membayar biaya langganan sekitar 19,95 dollar AS per bulan. Dengan kehilangan pelanggan tersebut, harga saham Chegg juga merosot drastis hingga 99 persen. CEO Chegg, Dan Rosensweig, yang telah memimpin perusahaan selama lebih dari satu dekade, akhirnya mengundurkan diri karena tekanan saham yang terus menurun.
Chegg sebenarnya sudah mencoba mengadopsi kecerdasan buatan ke platform mereka untuk tetap bersaing, namun upaya tersebut tidak berhasil. Nathan Schultz yang kini memimpin Chegg, bahkan harus melakukan pemangkasan karyawan untuk menjaga kelangsungan bisnis. Schultz juga berusaha untuk memperluas cakupan internasional Chegg dan mengubah fokus perusahaan agar tidak hanya sekadar memberikan jawaban PR kepada siswa.
Pada awalnya, Chegg meremehkan ChatGPT dan menganggapnya tidak berisiko karena chatbot cenderung memberikan jawaban yang tidak relevan. Namun, data internal Chegg akhirnya menunjukkan bahwa siswa lebih memilih ChatGPT untuk belajar karena jawaban yang diberikan oleh GPT-4 lebih baik daripada jawaban dari Chegg yang diberikan oleh pakar di bidangnya.
Meskipun Chegg mencoba berkolaborasi dengan OpenAI untuk menciptakan layanan bernama Cheggmate, namun upaya tersebut tidak berhasil karena ChatGPT terus mendominasi pasar. Chegg kemudian bekerja sama dengan Scale AI untuk menciptakan puluhan sistem kecerdasan buatan untuk berbagai bidang studi. Situs web Chegg pun kini diubah menyerupai ChatGPT, dengan kolom pertanyaan dan permintaan yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan sistem AI.
Nathan Schultz, sebagai pemimpin baru Chegg, memutuskan untuk menghapus Cheggmate dan fokus pada pengembangan sistem AI lainnya. Meskipun Chegg telah berusaha keras untuk tetap bersaing dengan ChatGPT, namun kenyataannya ChatGPT terus menggerus pangsa pasar Chegg. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan-perusahaan lain untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi kecerdasan buatan.