Sejarah Terowongan Peninggalan Belanda di Sukabumi

Masyarakat Sukabumi memiliki cerita menarik tentang terowongan bawah tanah peninggalan Belanda di kota itu. Terowongan ini selalu dikaitkan dengan mitos dan misteri yang menyelimuti keberadaannya. Namun, sebenarnya apa yang disebut sebagai terowongan bawah tanah itu adalah saluran air tertutup atau gorong-gorong yang dikenal dengan nama duiker.

Pada masa kolonial Belanda, Kota Sukabumi dirancang dengan menggunakan teknologi tata air yang canggih untuk zamannya. Saluran-saluran air kecil mulai ditutup dengan duiker, sebuah konstruksi tembok yang memungkinkan air mengalir di bawah tanah tanpa mengganggu bangunan di atasnya. Konsep drainase kota atau rioleeringsplan menjadi bagian penting dari perencanaan tata kota Sukabumi.

Salah satu contoh penggunaan teknologi duiker adalah saluran di sekitar alun-alun Kota Sukabumi dan Masjid Agung. Teknologi ini juga digunakan dalam pembangunan jembatan yang lebih efisien, seperti yang terdapat di Leuwigoong dan Karangtengah, Cibadak.

Duiker tertua di Sukaraja dibangun sekitar tahun 1800, sebelum masa Daendels. Pembangunan duiker untuk drainase di area pasar Sukabumi dimulai pada tahun 1881, dan di Jalan Ciaul pada tanggal 16 Maret 1888. Pada tahun 1914, saat Sukabumi menjadi gemeente, perhatian terhadap drainase semakin meningkat, dengan alokasi anggaran khusus untuk pemeliharaan gorong-gorong dan saluran air.

Gorong-gorong ini tidak hanya berfungsi sebagai saluran pembuangan, tetapi juga membantu mengatasi banjir di wilayah padat penduduk. Namun, masalah mulai muncul ketika sampah menumpuk di saluran tertutup dan banyak gorong-gorong menjadi tersumbat.

Pada tahun 1939, program Kampong Verbettering diluncurkan untuk memperbaiki lingkungan perkampungan dengan fokus pada pengelolaan drainase. Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam menjaga saluran air, meskipun tantangan masih ada akibat kebiasaan buruk seperti pembuangan sampah sembarangan.

Mitos tentang terowongan bawah tanah Belanda di Sukabumi terus menarik minat masyarakat, namun memahami sejarah dan fungsi asli saluran air ini dapat membantu menghilangkan kesalahpahaman. Duiker tetap menjadi bagian penting dari sejarah Sukabumi dan menunjukkan bagaimana teknologi masa lalu membentuk tata kota yang kita kenal sekarang.

Kisah tentang duiker ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga infrastruktur warisan sejarah. Dengan perawatan yang baik dan kesadaran masyarakat, saluran air ini tidak hanya menjadi saksi bisu masa lalu, tetapi juga tetap berfungsi untuk masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *