Pekalongan, kota yang terkenal sebagai Kota Batik di Jawa Tengah, sedang menjadi sorotan karena bencana banjir dan longsor yang melanda 9 desa di Kecamatan Petungkriyono pada Selasa (21/1/2025). Bencana ini menyebabkan belasan orang meninggal dan sebagian lainnya masih dalam pencarian. Namun, di balik tragedi ini, Pekalongan memiliki sejarah panjang yang menjadi dasar dari namanya dan identitasnya.
Menurut Buku Asal Usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM, nama “Pekalongan” memiliki beberapa versi asal usul yang menarik. Salah satunya adalah legenda tentang Joko Bau, putra Kyai Cempaluk, yang menjadi pahlawan di daerah ini. Kisah cinta antara Joko Bau dan Putri Ratansari membuat Sultan Agung murka, sehingga Joko Bau diperintahkan untuk menjaga kawasan pesisir dari serangan bajak laut. Sebelum melaksanakan tugas itu, Joko Bau bertapa dengan cara topo ngalong di hutan Gambiran, yang kemudian memberikan nama pada tempat tersebut, Pekalongan.
Ada juga versi lain yang menyebutkan bahwa nama Pekalongan berasal dari kata “pek” (teratas) dan “along” (banyak), menggambarkan daerah tempat berkumpulnya nelayan mencari ikan dengan hasil yang melimpah. Laut Pekalongan tetap menjadi sumber penghidupan bagi sebagian besar warganya hingga saat ini.
Sejarah tertulis Pekalongan juga tercatat dalam naskah kuno Sunda abad ke-16, yang sekarang menjadi koleksi Perpustakaan Bodleian di Inggris. Naskah ini menunjukkan keberadaan Pekalongan sebagai tempat penting sejak masa lampau.
Pada abad ke-16, Pekalongan sudah menjadi jalur perdagangan laut strategis yang disinggahi oleh pedagang dari Kerajaan Demak dan Cirebon. Pada abad ke-17, wilayah ini menjadi bagian Kerajaan Mataram Islam dan berperan sebagai pusat logistik dalam penyerangan ke Batavia pada tahun 1628.
Di era kolonial, Pekalongan dipengaruhi oleh VOC dan menjadi bagian wilayah administrasi Pemerintah Hindia Belanda sejak awal abad ke-18. Hingga kemerdekaan, Pekalongan terus memainkan peran strategis, termasuk dalam upaya merebut kemerdekaan dari Jepang pada 1945.
Saat ini, Pekalongan dikenal sebagai pusat batik dunia dengan Museum Batik Nasional yang menyimpan lebih dari 1.000 motif kain batik. Wisata alamnya juga menarik, seperti Pantai Pasir Kencana yang menawarkan hasil laut melimpah dan Curug Cinde yang menampilkan keindahan air terjun di tengah hutan.
Meskipun menghadapi tantangan bencana alam, Pekalongan tetap tegar dan mempertahankan warisan budayanya yang kaya. Semoga kota ini dapat pulih dengan cepat dan terus berkembang menjadi destinasi wisata yang menarik bagi para pengunjung dari berbagai penjuru dunia.