Direktur Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) Alexander Bortnikov, mengungkapkan bahwa serangan teroris yang terjadi di Balai Kota Crocus dekat Moskow memiliki tujuan yang lebih dalam daripada sekadar menimbulkan korban jiwa. Bortnikov menyatakan bahwa tujuan dari serangan tersebut adalah untuk merusak hubungan antar negara dalam Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) dengan menggunakan faktor agama dan nasional sebagai alat untuk memecah belah.
Dalam pertemuan Dewan Kepala Badan Keamanan dan Layanan Khusus negara-negara anggota CIS di Bishkek, Bortnikov menjelaskan bahwa situasi di kawasan CIS dan dunia secara keseluruhan masih tegang. Ini disebabkan oleh upaya yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Inggris, dan sekutu NATO mereka, yang menggunakan segala bentuk persenjataan dalam perang hibrida untuk mempertahankan dominasi global mereka.
Bortnikov juga menyoroti bahwa pihak berwenang Ukraina, yang tidak memiliki peluang nyata untuk mencapai tujuan mereka di medan perang, telah beralih ke penggunaan teror total. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan keamanan yang dihadapi oleh negara-negara di kawasan CIS tidak hanya berasal dari ancaman militer konvensional, tetapi juga dari ancaman terorisme yang kompleks dan multidimensional.
Serangan teroris di Balai Kota Crocus dekat Moskow terjadi ketika sejumlah orang bersenjata secara brutal menembak para penonton konser. Insiden ini menyebabkan 143 orang tewas dan lebih dari 360 lainnya luka-luka. Penyelidikan sedang dilakukan untuk mengungkap dalang di balik serangan ini dan untuk mengambil langkah-langkah keamanan yang tepat guna mencegah terjadinya serangan serupa di masa depan.
Bortnikov menegaskan pentingnya kerja sama antarnegara dalam menghadapi ancaman terorisme. Dia menekankan perlunya koordinasi yang lebih baik dalam pertukaran informasi intelijen dan tindakan bersama untuk melawan terorisme dalam segala bentuknya. Hal ini menunjukkan bahwa upaya bersama antar negara sangat penting untuk menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan CIS dan dunia pada umumnya.