Pelarangan buku di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1959. Ada ratusan judul buku yang dilarang terbit atau beredar karena berbagai alasan, dan salah satunya adalah karya dari sastrawan Pramoedya Ananta Toer. Ternyata, pelarangan buku bukanlah hal baru di dunia. Sejarah mencatat bahwa ada sebuah buku yang pertama kali dilarang beredar dalam sejarah modern. Buku itu adalah New English Canaan yang ditulis oleh Thomas Morton, dan dianggap sebagai buku pertama yang dilarang dalam sejarah modern.
New English Canaan pertama kali diterbitkan pada tahun 1637 di Amsterdam. Namun, tidak lama setelah itu, buku tersebut dilarang oleh kaum Puritan. Kaum Puritan sendiri adalah sekelompok orang yang hidup saleh dan menganggap kemewahan serta kesenangan sebagai dosa. Buku New English Canaan terdiri dari tiga jilid yang masing-masing berisi tentang sejarah, kepercayaan, dan praktik penduduk asli Amerika, tanah, satwa liar, fauna, batu, mineral di New England, serta sejarah kaum separatis dan Puritan di New England tahun 1620-1630.
Alasan mengapa buku ini dilarang adalah karena bagian akhir buku tersebut menawarkan kritik pedas terhadap kaum Puritan dan masyarakat yang mereka bangun di New England, termasuk perlakuan mereka terhadap penduduk asli Amerika. Kaum Puritan sendiri merupakan anggota mazhab Protestan yang berkembang pada abad ke-16 dan ke-17 di Inggris.
Mereka berlayar ke New England pada tahun 1630 dengan tujuan mendirikan negara Kristen baru yang berpedoman pada perjanjian mereka dengan Tuhan. Mereka mematuhi kepercayaan yang ketat tentang cara hidup dan beribadah, serta berpendirian bahwa kemewahan dan kesenangan adalah dosa. Puritan juga tidak akur dengan penduduk asli Amerika dan perlakuannya terhadap mereka dianggap kasar.
Thomas Morton, penulis New English Canaan, berbeda dengan kaum Puritan. Ia bersikap ramah kepada penduduk asli Amerika dan semua kepercayaan agama ditoleransinya. Namun, sikap hedonis dan senang berpesta yang dimiliki Morton tidak disukai oleh kaum Puritan. Akibatnya, bukunya dilarang beredar dan Morton diasingkan ke sebuah pulau sebelum akhirnya dibawa kembali ke Inggris.
Meskipun buku New English Canaan sempat dicetak sebanyak 400 eksemplar, namun sebagian besar disita oleh pemerintah Inggris kala itu. Hingga sekarang, masih ada 16 salinan asli dari buku tersebut yang disimpan di museum dan lembaga-lembaga di Amerika Serikat. Salinan lainnya yang tidak diketahui secara luas dianggap sebagai buku paling berharga di pasar barang antik.
Kisah pelarangan buku New English Canaan oleh kaum Puritan menjadi salah satu contoh yang menarik dari sejarah pelarangan buku di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa konflik antara kebebasan berekspresi dan nilai-nilai moralitas telah ada sejak zaman dahulu. Semoga kita dapat belajar dari sejarah ini untuk menjaga kebebasan berekspresi tanpa melupakan nilaiPelarangan buku di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1959. Ada banyak judul buku yang dilarang terbit atau beredar karena berbagai alasan, dan salah satunya adalah karya dari sastrawan Pramoedya Ananta Toer. Namun, ternyata pelarangan buku bukan hal baru di dunia. Sejarah mencatat bahwa ada sebuah buku yang pertama kali dilarang beredar dalam sejarah modern. Buku itu adalah New English Canaan yang ditulis oleh Thomas Morton.
New English Canaan pertama kali diterbitkan pada tahun 1637 di Amsterdam. Namun, buku tersebut tidak lama kemudian dilarang oleh kaum Puritan. Kaum Puritan sendiri adalah kelompok orang yang hidup saleh dan menganggap kemewahan serta kesenangan sebagai dosa besar.
Buku New English Canaan terdiri dari tiga jilid yang masing-masing berisi tentang sejarah, kepercayaan, dan praktik penduduk asli Amerika, tanah, satwa liar, fauna, batu, mineral di New England, serta sejarah kaum separatis dan Puritan di New England tahun 1620-1630 M.
Alasan mengapa buku ini dilarang adalah karena bagian akhirnya memberikan kritik pedas terhadap kaum Puritan dan masyarakat yang mereka bangun di New England, termasuk perlakuan mereka terhadap penduduk asli Amerika. Kaum Puritan ingin mendirikan negara Kristen baru yang berpedoman pada perjanjian mereka dengan Tuhan, dengan mematuhi kepercayaan yang ketat tentang cara hidup dan beribadah.
Puritan tidak akur dengan penduduk asli Amerika, dan mereka juga kasar dalam perlakuannya terhadap mereka. Berbeda dengan Morton yang ramah kepada semua orang dan menghormati semua kepercayaan agama. Hal ini membuat Morton tidak disukai oleh kaum Puritan karena ia senang berpesta dan hedonis.
Morton diasingkan karena bukunya dianggap mengancam dan menyerang moralitas kaum Puritan. Meskipun buku ini telah dicetak sebanyak 400 eksemplar, namun sebagian besar disita oleh pemerintah Inggris saat itu. Hingga sekarang, masih ada 16 salinan asli dari buku Morton ini yang disimpan di museum dan lembaga-lembaga di Amerika Serikat.
Jadi, bisa kita lihat bahwa pelarangan buku bukanlah hal baru di dunia. Banyak buku-buku yang telah dilarang beredar karena konten-konten yang dianggap provokatif atau mengganggu tatanan masyarakat pada zamannya. Semoga kita dapat belajar dari sejarah ini dan tetap menghargai kebebasan berekspresi dan berpendapat dalam bingkai yang etis dan bertanggung jawab.